Perjalanan Mualaf Deddy Corbuzier menjadi satu di antara momen paling dibicarakan publik di Indonesia. Keputusannya memeluk Islam sebelum menikahi Sabrina Chairunnisa bukan hasil keputusan tiba-tiba, melainkan buah dari proses refleksi, dialog, dan pergumulan batin yang panjang. Berikut sembilan fakta penting dalam Perjalanan Mualaf Deddy Corbuzier yang mengungkap alasan, proses, dan dampaknya.
Awal Kesadaran dan Pemicu Awal
Latar Belakang Keluarga dan Perbedaan Agama
Deddy Corbuzier lahir dari keluarga dengan latar belakang agama yang beragam. Orang tua dan kerabatnya memiliki keyakinan yang berbeda-beda sejak nenek-kakek hingga saudara. Hidup di lingkungan keluarga yang toleran terhadap berbagai agama membuat Deddy sejak kecil terbiasa menyaksikan perbedaan ritual dan kepercayaan. Situasi itu kemudian menjadi dasar awal kesadarannya untuk mempertanyakan spiritualitasnya sendiri.
Setelah Perceraian — Titik Balik Spiritual
Peristiwa penting yang turut memicu perjalanan spiritualnya adalah setelah perceraian Deddy dengan Kalina Oktarani pada tahun 2013. Usai perpisahan itu, ia mulai mencari ketenangan dan jawaban lebih dalam soal makna hidup. Proses ini termasuk berinteraksi lebih banyak dengan teman-teman Muslim, menyaksikan praktik ibadah, dan mendengar panggilan adzan yang dirasakan semakin bermakna.
Belajar, Bertanya, dan Mencari Hidayah
Diskusi dengan Pemuka Agama
Dalam Perjalanan Mualaf Deddy Corbuzier aktif berdialog dengan tokoh agama. Ia salah satu yang paling berpengaruh adalah Gus Miftah, yang kemudian menjadi pembimbing langsungnya saat pelafalan dua kalimat syahadat. Deddy juga sering berdiskusi dengan ustaz dan mengikuti ceramah untuk memperdalam pemahamannya.
Durasi Belajar Sebelum Mantap Syahadat
Tidak sedikit yang mungkin mengira keputusan pindah agama datang cepat. Namun, Deddy membutuhkan waktu sekitar delapan tahun untuk benar-benar mantap menjadi mualaf. Proses selama hampir satu dekade tersebut meliputi penelitian, introspeksi, dan pengamatan terhadap apa yang ia rasa cocok dalam Islam sebelum melakukan langkah resmi.
Momen Syahadat dan Penegasan Keputusan
Waktu dan Tempat Pelafalan Syahadat
Pada 21 Juni 2019, Deddy Corbuzier mengucapkan dua kalimat syahadat secara resmi di Pondok Pesantren Ora Aji, Sleman, Yogyakarta, dengan bimbingan Gus Miftah. Momen itu menandai resmi peralihannya menjadi mualaf.
Penolakan Keluarga dan Respon Sosial
Keputusan menjadi mualaf sempat menghadapi penolakan dari keluarga besar Deddy. Beberapa anggota keluarga menganggap perubahan ini sebagai sesuatu yang drastis dan bertentangan dengan tradisi mereka. Meski begitu, sebagian keluarga inti seperti ibu dan anaknya, Azka, menerima keputusan tersebut tanpa konflik besar.
Motif dan Alasan di Balik Keputusan

Bukan Karena Wanita atau Pernikahan
Salah satu klarifikasi penting dari Perjalanan Mualaf Deddy Corbuzier adalah bahwa keputusan itu bukan semata-mata karena ingin menikah atau karena Sabrina Chairunnisa.
Baca juga : 10 Fakta Menarik tentang Perbedaan Rosario Katolik dan Tasbih Agama Lain
Ia mengulang bahwa ia memilih Islam karena menemukan hal positif dalam ajarannya, bukan karena hubungan asmara.
Rasa Nyaman dan Nilai Positif dalam Islam
Dalam prosesnya, Deddy merasakan Islam memberikan rasa damai dan kekuatan moral yang belum ia temukan di tempat lain. Nilai kebaikan, kedamaian, dan rasa tanggung jawab sosial menjadi bagian dari kawasan motivasi spiritualnya. Ajaran tentang akhlak, kejujuran, dan rasa kedekatan antar sesama dianggapnya sebagai hal yang menarik dan memberi kedalaman baru dalam kehidupannya.
Dampak ke Publik & Kehidupan Setelah Syahadat
Peran Media dan Tanggapan Publik
Perjalanan Mualaf Deddy Corbuzier menjadi sorotan media sosial, YouTube, dan publik secara luas. Video-videonya yang membahas Islam dan dialog dengan ustaz-ustaz sering menerima tanggapan positif, kritik, dan pertanyaan terkait motif serta dampaknya. Ia juga kerap diminta doanya oleh pengikut.
Hubungan dengan Sabrina Chairunnisa dan Kebersamaan Spiritualitas
Meski Sabrina Chairunnisa adalah seorang Muslim, hubungan spiritual antara mereka bukan yang memaksa. Pernikahan mereka datang setelah Deddy merasa yakin pada keputusannya sendiri dan cukup mendalami Islam. Keputusan menikah bersamaan dengan syahadat menandai babak baru dalam kehidupan bersama dengan pasangan yang sepemahaman secara agama.
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5158892/original/082963000_1741676163-Bobon_Santoso_dan_Derry_Sulaiman.jpg)
Pelajaran yang Bisa Diambil dari Perjalanan Ini
- 
Pentingnya refleksi pribadi — Perjalanan spiritual biasanya dimulai dari pertanyaan batin dan rasa ingin tahu, bukan tekanan eksternal. 
- 
Dukungan dari mentor yang cocok — Sosok seperti Gus Miftah berperan besar sebagai pembimbing dalam menjelaskan ajaran dan menjawab keraguan. 
- 
Kesabaran dalam proses — Butuh waktu, ketekunan, dan konsistensi untuk sampai pada titik mantap dalam beragama. 
- 
Keterbukaan terhadap nilai baru — Mendengarkan, menangkap, dan merasakan sendiri nilai-nilai spiritual dapat mengubah pandangan seseorang terhadap agama. 
- 
Keberanian menghadapi resistensi — Menghadapi keraguan dari lingkungan, kritik publik, atau pertanyaan keluarga adalah bagian dari perjalanan banyak orang yang memilih jalan spiritual baru. 
Penutup
Perjalanan Mualaf Deddy Corbuzier bukanlah sekadar headline publik atau agenda sensasional. Ini adalah kisah panjang antara hati dan keyakinan, belajar, bertanya, dan akhirnya memilih jalan yang dianggapnya memberikan kedamaian dan harapan. Langkahnya menjadi mualaf menunjukkan bahwa perubahan spiritual bukan perkara instan, melainkan proses yang penuh pertimbangan, keberanian, dan kedalaman pikiran.
Semoga kisah ini memberi inspirasi bagi mereka yang berada di persimpangan spiritual untuk menemukan jawaban dengan jujur dan sesuai dengan hatinya.

 
			 
			