Latar Belakang Forum ASEAN dan Fokus pada Perempuan di Industri Energi
Beberapa forum dan pertemuan ASEAN telah menjadikan tema perempuan di industri energi sebagai bagian dari agenda utama. Sebagai contoh, PWYP Knowledge Forum: Enabling Gender and Social Inclusion on Energy Transition in ASEAN membahas bagaimana transisi energi dalam ASEAN harus melibatkan perempuan dan inklusi sosial agar adil untuk semua pihak.
Meski belum ada publikasi tunggal yang sepenuhnya fokus pada peran perempuan dalam sektor energi, sejumlah pertemuan yang lebih umum dalam bidang energi atau ekonomi telah memasukkan isu ini dalam diskusi kebijakan dan implementasinya. Ini membuktikan bahwa isu perempuan di industri energi semakin diakui pentingnya dalam kerangka kerja sama regional.
Lima Peran Strategis Perempuan dalam Industri Energi ASEAN

Berikut adalah 5 peran utama perempuan yang dibahas atau disebut sebagai penting dalam forum-forum ASEAN terkait industri energi:
1. Penggerak Transisi Energi dan Inovasi Teknologi
Perempuan memiliki potensi besar untuk berkontribusi dalam pengembangan teknologi energi bersih, seperti energi terbarukan, smart grid, atau manajemen konsumsi energi. Dengan keterlibatan aktif perempuan, inovasi bisa lebih inklusif, mempertimbangkan kebutuhan kelompok yang sering terpinggirkan. Forum-forum ASEAN menekankan bahwa partisipasi perempuan dalam penelitian, pengembangan, dan teknologi dapat mempercepat transisi energi.
2. Advokat Kebijakan yang Adil dan Inklusif
Perempuan di sektor energi tidak hanya sebagai pelaksana, tetapi juga sebagai pembentuk kebijakan. Diskusi forum menyebut bahwa regulasi dan praktik di tingkat pemerintahan perlu memperhitungkan keadilan gender — misalnya akses terhadap pelatihan, pembiayaan, dan kesempatan kepemilikan usaha atau proyek energi. Hal ini penting agar perempuan di industri energi mendapat peluang dan dukungan setara.
3. Pemimpin dalam Keberlanjutan dan Isu Lingkungan
Perempuan sering kali lebih sensitif terhadap dampak lingkungan dan sosial dari kegiatan energi. Dalam forum, peran perempuan diakui dalam mendorong praktik yang lebih berkelanjutan: pengelolaan lingkungan, mitigasi perubahan iklim, dan pengaruh dalam keputusan soal sumber energi. Ini termasuk memastikan bahwa transisi energi memperhatikan dampak terhadap masyarakat lokal dan kelompok marjinal.
4. Penjembatan Komunitas dan Inklusi Sosial
Perempuan sering berada dalam posisi sebagai penghubung antara kebijakan publik dan masyarakat. Mereka dapat membantu menjembatani kesenjangan informasi, memfasilitasi dialog lokal mengenai manfaat dan tantangan sumber energi baru, serta memberikan perspektif kebutuhan masyarakat — terutama di daerah terpencil atau
Baca juga : 10 Fakta Proyek Energi Terbarukan: Melonjak Cepat tapi Gugatan HAM Ikut Naik
kurang terlayani oleh penyedia energi. Forum seperti PWYP menyebut perlu adanya inklusi sosial dan gender dalam transisi energi agar tidak ada yang tertinggal.
5. Pelaku Usaha dan Kewirausahaan di Sektor Energi
Perempuan dapat menjadi pelaku usaha, pemilik proyek energi, atau pengusaha dalam rantai pasokan energi (seperti energi surya, biogas, instalasi lokal). Walau terdapat hambatan akses pembiayaan dan kepemilikan, forum-forum ASEAN menekankan pentingnya pemberdayaan ekonomi perempuan agar mereka bisa menjadi bagian dari pertumbuhan energi bersih sekaligus memperoleh manfaat ekonomi secara langsung.
Tantangan yang Dihadapi Perempuan di Industri Energi

Untuk memahami bagaimana perempuan di industri energi bisa lebih aktif, perlu dilihat berbagai rintangan, antara lain:
- 
Hambatan budaya dan norma gender yang masih menempatkan perempuan di posisi kurang dominan dalam pekerjaan teknis atau kepemimpinan. 
- 
Akses yang terbatas ke pelatihan teknis, pendidikan STEM (sains, teknologi, teknik, matematika) yang relevan. 
- 
Kesulitan mengakses pembiayaan atau modal usaha, terutama usaha kecil dan menengah yang dikelola perempuan. 
- 
Tanggung jawab ganda antara pekerjaan formal atau proyek dan tugas domestik/keluarga. 
- 
Kurangnya representasi dalam posisi pengambilan keputusan (manajemen, dewan, regulasi). 
Inisiatif ASEAN untuk Memperkuat Peran Perempuan di Industri Energi
Forum-forum ASEAN serta kebijakan pemerintah-negara anggota sudah mulai menindaklanjuti isu perempuan di industri energi melalui beberapa inisiatif berikut:
- 
Menyusun regulasi dan kebijakan dengan perspektif gender dan inklusi dari awal rancangan, bukan sebagai tambahan. 
- 
Program pelatihan dan beasiswa untuk perempuan di bidang teknik energi, teknik lingkungan, dan teknologi energi baru terbarukan. 
- 
Fasilitasi akses ke pembiayaan, insentif dan subsidi bagi usaha energi bersih yang dikelola perempuan. 
- 
Peningkatan kesadaran publik dan advokasi melalui media, organisasi masyarakat, dan forum-forum lokal agar perempuan mengetahui hak dan peluang di sektor energi. 
- 
Penguatan kerja sama antara pemerintah, sektor swasta, dan organisasi internasional dalam proyek-proyek interkoneksi energi seperti ASEAN Power Grid, Trans-ASEAN Gas Pipeline, yang membuka peluang bagi perempuan di berbagai bagian proyek, mulai dari teknik hingga manajemen lingkungan. 
Kesimpulan
Upaya memperkuat perempuan di industri energi bukan hanya soal keadilan, tetapi juga strategi penting untuk mencapai transisi energi yang efektif, adil, dan berkelanjutan. Perempuan membawa perspektif unik dalam keberlanjutan lingkungan, inovasi sosial, dan inklusi yang memastikan bahwa manfaat dari energi bersih dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.
Forum-forum ASEAN telah menampilkan berbagai gagasan dan inisiatif konkret untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam sektor energi. Namun, masih banyak yang harus dilakukan agar kebijakan, pelatihan, dan akses ekonomi benar-benar merata.

 
			 
			