Doa Kebangsaan di Tugu Proklamasi Jadi Wujud Nyata Toleransi Beragama
Sebanyak 1.500 umat lintas agama berkumpul dalam Doa Kebangsaan di Tugu Proklamasi Jakarta pada Jumat malam, 1 Agustus 2025. Acara yang sarat makna ini menjadi bentuk nyata kerukunan dan semangat persatuan bangsa Indonesia di tengah keberagaman keyakinan.
Kegiatan tersebut melibatkan perwakilan dari berbagai agama seperti Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Mereka berkumpul dalam satu momen kebersamaan untuk mendoakan kebaikan bangsa, perdamaian, dan persatuan nasional.
Tugu Proklamasi Dipilih sebagai Simbol Sejarah dan Persatuan
Lokasi Tugu Proklamasi di Jakarta Pusat dipilih karena memiliki nilai historis sebagai tempat dibacakannya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Tempat ini dianggap sebagai simbol kuat semangat perjuangan dan persatuan bangsa.
Dalam konteks itu, Doa Kebangsaan di Tugu Proklamasi diharapkan dapat memperkuat kembali nilai-nilai kebangsaan dan semangat gotong royong yang mulai memudar di tengah isu intoleransi dan perpecahan yang masih kerap muncul di tengah masyarakat.
Rangkaian Acara Doa Kebangsaan di Tugu Proklamasi
Acara dimulai pukul 19.00 WIB dan diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya”, dilanjutkan dengan pembacaan doa dari masing-masing perwakilan agama.
Beberapa momen penting dalam kegiatan Doa Kebangsaan di Tugu Proklamasi meliputi:
-
Doa bersama lintas agama dengan bahasa dan tata cara masing-masing.
-
Penyalaan 1.000 lilin sebagai simbol harapan dan kedamaian.
-
Pembacaan ikrar kebangsaan yang menyuarakan semangat Pancasila.
-
Penampilan musik etnik dan paduan suara antaragama.
Pesan Damai dari Tokoh Agama
Para tokoh agama menyampaikan pesan yang senada, yakni pentingnya menjaga toleransi, saling menghargai perbedaan, serta menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara.
“Doa Kebangsaan di Tugu Proklamasi bukan sekadar ritual, tapi menjadi simbol penting bahwa bangsa ini berdiri karena keberagaman, bukan meskipun berbeda,” ujar Pastor Antonius dari Gereja Katolik Katedral Jakarta.
Sementara itu, Ketua MUI DKI Jakarta, KH Maulana Syafii, mengajak umat Islam untuk terus menjadi pelopor perdamaian.
“Islam mengajarkan kasih sayang. Di forum ini kita tunjukkan bahwa umat Islam bersama agama lain bersatu untuk Indonesia damai.”
Tanggapan Masyarakat: Bukti Nyata Harmoni
Antusiasme masyarakat terhadap Doa Kebangsaan di Tugu Proklamasi sangat tinggi. Banyak yang datang secara sukarela tanpa undangan resmi. Beberapa di antaranya bahkan datang dari luar kota seperti Bogor, Bekasi, dan Tangerang.
Nurul, salah satu peserta asal Depok, mengaku terharu.
“Saya merinding saat melihat semua orang dari berbagai agama bisa berdiri berdampingan, saling menghormati. Semoga ini tidak hanya jadi acara seremonial, tapi bisa menginspirasi kehidupan sehari-hari.”
Peran Pemerintah DKI Jakarta dalam Menjaga Toleransi
Pemprov DKI Jakarta turut mendukung acara ini dengan menyediakan fasilitas dan pengamanan. Penjabat Gubernur DKI Jakarta menyatakan bahwa kegiatan seperti Doa Kebangsaan di Tugu Proklamasi akan terus difasilitasi sebagai bagian dari komitmen menjaga Jakarta tetap menjadi kota yang ramah terhadap semua agama.
“Jakarta adalah miniatur Indonesia. Kalau di sini bisa damai dan rukun, maka Indonesia pasti bisa,” katanya.
Momentum Jelang HUT RI ke-80
Acara Doa Kebangsaan di Tugu Proklamasi juga menjadi bagian dari rangkaian menuju peringatan HUT RI ke-80. Panitia menyebut kegiatan ini sebagai awal dari berbagai agenda nasionalis yang akan digelar menjelang 17 Agustus 2025.
Baca juga : 5 Fakta Permintaan Maaf Wali Kota Padang atas Insiden Rumah Doa GKSI
Dengan tema “Bersatu untuk Indonesia Emas”, doa kebangsaan ini menjadi tonggak penting dalam menjaga semangat kemerdekaan yang inklusif dan menyeluruh.
Makna Mendalam di Tengah Ancaman Intoleransi
Indonesia masih menghadapi tantangan berupa konflik bernuansa agama di beberapa daerah. Oleh sebab itu, Doa Kebangsaan di Tugu Proklamasi menjadi sangat relevan sebagai bentuk pencegahan dini terhadap radikalisme dan intoleransi.
Kegiatan lintas agama seperti ini juga dianggap sebagai upaya “soft power” untuk memperkuat ketahanan nasional melalui pendekatan budaya dan spiritual.
Kesimpulan: Doa Kebangsaan di Tugu Proklamasi Jadi Simbol Persatuan
Dengan dihadiri oleh 1.500 umat lintas agama, Doa Kebangsaan di Tugu Proklamasi bukan hanya sebuah kegiatan ritual, tapi simbol kuat bahwa Indonesia dibangun di atas semangat kebhinekaan.
Momentum ini patut dijadikan inspirasi untuk terus merawat kerukunan dan persaudaraan antarumat beragama. Dengan semangat yang sama, kita bisa menjaga Indonesia tetap utuh, damai, dan berdaulat dalam keberagamannya.